Monday, September 29, 2008

Menonton Laskar Pelangi

Jujur aja, Laskar Pelangi adalah novel favorit gw nomor satu (so far). Bahkan, gw lebih suka trilogi novel ini dibanding 7 seri Harry Potter (mungkin karena sekarang gw lebih prefer film-film yang manusiawi ketimbang fantasi). Menurut gw, ceritanya sangat sangat menginspirasi (contoh kecilnya adalah klo mengingat kisah di novel ini, semangat belajar gw naek.. serius!)

Walau tau film ini ditangani oleh orang-orang yang ahli (Riri Riza, Mira Lesmana), gw tidak berharap banyak karena gw tau film yang dibuat based on novel biasanya ga sebanding dengan novelnya. Dan kemarin Jumat, 25 September 2008, akhirnya kesampean juga gw nonton ini film sama emak, babe, ade, dan kakak (lengkap) di Blitz Megaplex PVJ Bandung.

Dan...

Film ini cukup melebihi ekspektasi gw. Walau pada menit-menit awal ceritanya agak ga jelas (mungkin ceritanya introduction scene kehidupan di sana), tapi di tengah-tengah sampai akhir cukup 'nyambung'.

Yang gw ga suka adalah penambahan-penambahan yang ga penting, seperti hadirnya Tora Sudiro yang naksir Bu Mus. Ngga ada gunanya aja gitu loh, ga menambah esensi apa-apa. Terus, adegan Lintang dengan buaya yang selalu diulang-ulang (mungkin maksudnya untuk menjelaskan betapa beratnya perjuangan Lintang, tapi toh ya ga usah over gitulah). Terus, beberapa adegan yang di bukunya sangat 'ngena', di film ini jadi terasa datar aja seperti adegan ketika Laskar Pelangi membuka surat dari Tuk Bayan Tula.. lalu banyak pula adegan-adegan yang kalo lo kagak baca bukunya, lo ga bakal ngerti deh apa maksudnya (ini dibuktikan adek gw yang ga ngerti klo Laskar Pelangi kegatelan ketika karnaval 17an). Entah bagaimana, gw sedikit ngerasa film ini agak nanggung dari segi cerita... gimana yah, ga puolll aja.. mungkin karena masalah waktu juga. Ga mungkin satu buku difilm-kan dengan detail.

Tapiii.. film ini pun tentu saja punya nilai plus. Dari gambar-gambar yang artistik (gw suka banget lokasi yang ada batu-batu putih besar dan pantai yang cantik banget itu); menunjukan betapa Bumi Belitong yang indah nian. Logat melayu yang dipakai pun cukup membantu menunjukan jati diri film ini (ceile gaya basa gw). Dan yang perlu digarisbawahi dengan tinta emas adalah akting para pemeran di film ini. Cut Mini yang tanpa make up dan tampak kusam, aktingnya sangat meyakinkan sebagai Ibu Mus. Ikranagara yang memerankan Pak Harfan juga bisa menampilkan betapa bijaknya kepsek SD Muhammadiyah itu. Lalu 10 anggota Laskar Pelangi yang diambil dari para penduduk lokal pun aktingnya sangat natural (somehow, gw paling suka sama yg meranin Mahar.. mukanya itu lhoo.. songong banget! hehe).

Btw gw nangis lho nonton film ini.. Call me silly, tapi gw emang sedih banget pas adegan Lintang itu (pas baca novelnya juga gw nangis meraung-raung sambil guling-guling... hehe.. lebay). Gw suka gimana si pemerannya menunjukan wajah yang penuh ketegaran di tengah kesulitan hidup. Gw juga suka adegan Ikal dengan A Ling yang hiperbolis (dengan bunga-bunga yang jatuh dan adegan berlari-lari di padang ilalang dilatarbelakangi padus Laskar Pelangi). Lucuuu...

Overall, gw tetep merekomendasikan film ini untuk ditonton.. Tapi mungkin yang belum ngebaca novelnya perlu pendamping yang ngerti supaya ngga bingung. Gw sendiri merasa sama sekali ga rugi nonton film ini.

PS: ada satu hal yang bikin gw penasaran, yg meranin Ikal tuh matanya bener-bener warna coklat ya???

No comments: